Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam


AlpyanP - Yang pertama kita harus mengetahui .. Apa itu Akulturasi ? Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
lalu apa itu Akulturasi Kebudayaan ? secara umum yaitu perpaduan budaya yang kemudian menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam budaya tersebut

Hasil Proses akulturasi antara kebudayaan pra-islam dengan ketika islam masuk tidak hanya berbentuk fisik kebendaan seperti seni bangunan, seni ukir atau pahat, dan karya sastra tetapi juga menyangkut pola hidup dan kebudayaan non fisik lainnya.Contoh bentuk akulturasi 

1. Seni Bangunan

Seni dan arsitektur bangunan islam di indonesia sangat unik,menarik dan akulturatif. Seni bangunan yang menonjol di zaman perkembangan islam ini terutama masjid dan menaranya serta makam.

a. Masjid dan Menara

seni bangunan yang menonjol adalah masjid. Fungsi utama dari masjid, adalah tempat beribadah bagi orang islam. Masjid atau mesjid dalam bahasa arab mungkin berasal dari bahasa aramik atau bentuk bebas dari perkataan  sajada yang artinya merebahkan diri untuk bersujud. Dalam bahasa Ethiopia terdapat perkataan mesgad yang dapat diartikan dengan kuil atau gereja.

Bangunan masjid-masjid kuno di indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Atapnya berupa atap tumpang, yaitu atap yang bersusun, semakin ke atas semakin kecil dan tingkat yang paling atas berbentuk limas
2. Tidak ada menara yang berfungsi sebagai tempat mengumandangkan adzan
3. Masjid umumnya didirikan di ibu kota atau dekat istana kerajaan.

b. Makam

Bangunan makam muncul saat perkembangan islam pada periode perkembangan kerajaan islam.
unsur seni bangunan di teruskan pada masa tumbuh dan berkembangnya islam di indonesia melalui proses akulturasi. Makam makam yang lokasinya di atas bukit, makam yang paling atas adalah yang dianggap paling dihormati misalnya Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah di Gunung Sembung.

2. Seni Ukir

Pada masa perkembangan islam di zaman madya, berkembang ajaran bahwa seni ukir, patung, dan melukis makhluk hidup, apalagi manusia secara nyata, tidak diperbolehkan. Hal ini juga menyebabkan seni patung kurang berkembang di zaman madya.

3. Aksara dan Seni Sasrta

Tersebarnya islam diindonesia membawa pengaruh dalam bidang aksara atau tulisan. Abjad atau huruf-huruf arab sebagai abjad yang digunakan untuk menulis bahasa Arab mulai digunakan di indonesia. Bahkan huruf Arab digunakan di bidang seni ukir. Berkaitan dengan itu berkembang seni Kaligrafi. Ada beberapa jenis seni sastra seperti :

1) Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah ataupun dongeng.
2) Babad mirip dengan hikayat
3) Syair berasal dari perkataan Arab untuk menamakan karya sastra berupa sajak-sajak yang terdiri atas empat baris setiap baitnya.
4) Suluk merupakan karya sastra yang berupa kitab-kitab dan isinya menjelaskan soal-soal tasawufnya.

4. Kesenian

Di indonesia, Islam menghasilkan kesenian bernapas Islam yang bertujuan untuk menyebarkan ajaran Islam. Kesenian tersebut, misalnya sebagai berikut :

1) Permainan debus, yaitu tarian yang pada puncak acara para pernari menusukkan benda tajam ke tubuhnya tanpa meninggalkan luka.
2) Seudati, sebuah bentuk tarian dari Aceh
3) Wayang, termasuk wayang kulit, Pertunjukan wayang sudah berkembang sejak zaman Hindu, akan tetapi, pada zaman Islam terus dikembangkan.


5. Kalender

Akulturasi Islam Dalam Bidang Kalender Menjelang tahun ketiga pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, beliau berusaha membenahi kalender Islam. Perhitungan tahun yang dipakai atas dasar peredaran bulan (komariyah). Umar menetapkan tahun 1 H bertepatan dengan tanggal 14 September 622 M, sehingga sekarang kita mengenal tahun Hijriyah. Sistem kalender itu juga berpengaruh di Nusantara. Bukti perkembangan sistem penanggalan (kalender) yang paling nyata adalah sistem kalender yang diciptakan oleh Sultan Agung. Ia melakukan sedikit perubahan, mengenai nama-nama bulan pada tahun Saka. Misalnya bulan Muharam diganti dengan Sura dan Ramadan diganti dengan Pasa. Kalender tersebut dimulai tanggal 1 Muharam tahun 1043 H. Kalender Sultan Agung dimulai tepat dengan tanggal 1 Sura tahun 1555 Jawa (8 Agustus 1633).

Daftar Pusaka :
-Soekmono, R. 2011. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I, Yogyakarta: Kanisius
-Soekmono, R. 2011. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia II, Yogyakarta: Kanisius
-Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia III, Yogyakarta: Kanisius
-Tjahjono, Gunawan (dkk). 2007. Sejarah Kebudayaan Indonesia: Arsitektur. Jakarta: Direktorat Geografi Sejarah, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »